Pada Jumat pagi (10/11/2017) perbincangan serius muncul di grup whats up wartawan peliput sepak bola nasional. Isi pembicaraannya soal isu pelatih timnas U-19, Indra Sjafri yang akan dipecat atau tak diperpanjang kontrakya oleh PSSI. Sampai dengan Jumat siang, desas desus pemecatan itu terus menguat.
Rapor Indra Sjafri memang kurang memuaskan. Ia gagal mengantarkan U-18 juara di Piala AFF U-18 2017 lalu. Hanya puas di peringkat ketiga. Mantan pelatih Bali United ini juga gagal mengantarkan timnas U-19 tampil meyakinkan di kualifikasi Piala Asia U-19 2018. Kalah telak dari Korea Selatan dan Malaysia.
Kalah dari Malaysia di babak kualifikasi U-19 2018 tersebut telah menjadi pukulan telak bagi Indra Sjafri. Dengan kata lain, tak termaafkan. Banyak yang mengkritik, ia berani melakukan bongkar pasang pemain di ajang yang krusial.
Tapi, apakah pemecatan Indra Sjafri akan memperbaiki penampilan timnas U-19? Apakah ada garansi jika ganti pelatih, penampilan Egy Maulana Vikri dkk akan jauh lebih baik? Ini yang harus dipikirkan serius.
PSSI harus berani mengambil putusan secara cepat dan tepat. Bukannya apa-apa, waktu persiapan yang tersedia sebelum hadir di AFC U-19 2018 sangat mepet. Cuma setahun! Sementara, hampir sebagian besar pemain timnas U-19 saat ini sudah hafal dan paham cara bermain seperti yang diinginkan Indra Sjafri.
Harus diakui, ada beberapa yang mungkin perlu dibenahi dari apa yang dilakukan Indra Sjafri selama ini. Terutama soal skala prioritas tim dan proses perekutan atau tambal sulam pemain.
Di babak kualifikasi AFC U-19 2018, Indra Sjafri berani melakukan bongkar pasang pemain, mungkin dikarenakan Indonesia sudah lolos karena berstatuskan tuan rumah.
Lalu, ia ingin mengetahui kualitas pemain lain di ajang pertandingan resmi. Perlu diketahui, ‘penyakit’ pemain-pemain muda itu aneh. Kadang pada saat latihan, penampilannya cukup bagus. Namun pada saat diturunkan di laga resmi, mereka inkonsisten. Mereka demam panggung.
Dalam menyeleksi pemain, Indra Sjafri dan para asistennya selalu memprioritaskan empat hal. Yakni kualitas teknik, pemahaman taktik atau kerjasama tim, stamina, dan mental. Dengan kata lain, skill bagus saja tak cukup. Dibutuhkan mental tangguh dan kerjasama.
Di titik ini, tidak ada yang salah dari apa yang diterapkan Indra Sjafri. Hanya saja, belum melakukannya secara nasional. Tidak selalu “Jawa Sentris’ seperti yang dilakukannya selama ini. Ia harus berani menyeleksi pemain dari Sabang hingga Merauke.
Kebetulan Persipura Jayapura U-19 baru saja menjadi juara di Liga U-19. Mereka sanggup mengalahkan Persib Bandung U-19 yang menjalani persiapan matang sejak awal musim. Mungkin dengan berani dan legowo untuk melirik pemain-pemain asal Papua, Indra Sjafri akan bisa membentuk skuat yang lebih hebat dan tangguh.
Mumpung ada jeda pematangan tim selama setahun, kesempatan itu harus digunakan. Jika ditangani dan dimatangkan dengan benar, itu interval waktu yang cukup untuk tambal sulam pemain plus pematangan tim secara keseluruhan.
Program yang dimaksud lebih ke pematangan tim dengan cara yang ‘internasional.’ Bukan persiapan yang jago kandang. Lakukan ujicoba dengan tim-tim luar negeri dengan kualitas yang sepadan. Malah jika bisa, dengan tim yang kelasnya lebih baik.
Kini semua ada di PSSI. Jika memang putusan akhirnya Indra Sjafri dilengserkan, ya monggo. Tapi harus dibarengi dengan kebijakan yang tepat. Minimal ada pertimbangan matang untuk setahun ke depan. Ingat, saat ini fokusnya mematangkan tim. Bukan membentuk skuat lagi.
Satu lagi, pelatih terpilih harus sudah benar-benar paham dengan karakter tim peninggalan Indra Sjafri. Mulai dari kepribadian, style, gaya bermain, hingga psikologis pemain. Semua harus benar-benar dipahami. Tanpa kecuali.
Kalau perlu lakukan kebijakan frontal. Lakoni pemusatan latihan di luar negeri. Pilih negara yang bagus kompetisi usia mudanya atau di level U-20. Hal itu akan mempermudah perkembangan permainan Egy Maulana Vikri dkk.
sumber : UC News
Rapor Indra Sjafri memang kurang memuaskan. Ia gagal mengantarkan U-18 juara di Piala AFF U-18 2017 lalu. Hanya puas di peringkat ketiga. Mantan pelatih Bali United ini juga gagal mengantarkan timnas U-19 tampil meyakinkan di kualifikasi Piala Asia U-19 2018. Kalah telak dari Korea Selatan dan Malaysia.
Kalah dari Malaysia di babak kualifikasi U-19 2018 tersebut telah menjadi pukulan telak bagi Indra Sjafri. Dengan kata lain, tak termaafkan. Banyak yang mengkritik, ia berani melakukan bongkar pasang pemain di ajang yang krusial.
Tapi, apakah pemecatan Indra Sjafri akan memperbaiki penampilan timnas U-19? Apakah ada garansi jika ganti pelatih, penampilan Egy Maulana Vikri dkk akan jauh lebih baik? Ini yang harus dipikirkan serius.
PSSI harus berani mengambil putusan secara cepat dan tepat. Bukannya apa-apa, waktu persiapan yang tersedia sebelum hadir di AFC U-19 2018 sangat mepet. Cuma setahun! Sementara, hampir sebagian besar pemain timnas U-19 saat ini sudah hafal dan paham cara bermain seperti yang diinginkan Indra Sjafri.
Harus diakui, ada beberapa yang mungkin perlu dibenahi dari apa yang dilakukan Indra Sjafri selama ini. Terutama soal skala prioritas tim dan proses perekutan atau tambal sulam pemain.
Di babak kualifikasi AFC U-19 2018, Indra Sjafri berani melakukan bongkar pasang pemain, mungkin dikarenakan Indonesia sudah lolos karena berstatuskan tuan rumah.
Lalu, ia ingin mengetahui kualitas pemain lain di ajang pertandingan resmi. Perlu diketahui, ‘penyakit’ pemain-pemain muda itu aneh. Kadang pada saat latihan, penampilannya cukup bagus. Namun pada saat diturunkan di laga resmi, mereka inkonsisten. Mereka demam panggung.
Dalam menyeleksi pemain, Indra Sjafri dan para asistennya selalu memprioritaskan empat hal. Yakni kualitas teknik, pemahaman taktik atau kerjasama tim, stamina, dan mental. Dengan kata lain, skill bagus saja tak cukup. Dibutuhkan mental tangguh dan kerjasama.
Di titik ini, tidak ada yang salah dari apa yang diterapkan Indra Sjafri. Hanya saja, belum melakukannya secara nasional. Tidak selalu “Jawa Sentris’ seperti yang dilakukannya selama ini. Ia harus berani menyeleksi pemain dari Sabang hingga Merauke.
Kebetulan Persipura Jayapura U-19 baru saja menjadi juara di Liga U-19. Mereka sanggup mengalahkan Persib Bandung U-19 yang menjalani persiapan matang sejak awal musim. Mungkin dengan berani dan legowo untuk melirik pemain-pemain asal Papua, Indra Sjafri akan bisa membentuk skuat yang lebih hebat dan tangguh.
Mumpung ada jeda pematangan tim selama setahun, kesempatan itu harus digunakan. Jika ditangani dan dimatangkan dengan benar, itu interval waktu yang cukup untuk tambal sulam pemain plus pematangan tim secara keseluruhan.
Program yang dimaksud lebih ke pematangan tim dengan cara yang ‘internasional.’ Bukan persiapan yang jago kandang. Lakukan ujicoba dengan tim-tim luar negeri dengan kualitas yang sepadan. Malah jika bisa, dengan tim yang kelasnya lebih baik.
Kini semua ada di PSSI. Jika memang putusan akhirnya Indra Sjafri dilengserkan, ya monggo. Tapi harus dibarengi dengan kebijakan yang tepat. Minimal ada pertimbangan matang untuk setahun ke depan. Ingat, saat ini fokusnya mematangkan tim. Bukan membentuk skuat lagi.
Satu lagi, pelatih terpilih harus sudah benar-benar paham dengan karakter tim peninggalan Indra Sjafri. Mulai dari kepribadian, style, gaya bermain, hingga psikologis pemain. Semua harus benar-benar dipahami. Tanpa kecuali.
Kalau perlu lakukan kebijakan frontal. Lakoni pemusatan latihan di luar negeri. Pilih negara yang bagus kompetisi usia mudanya atau di level U-20. Hal itu akan mempermudah perkembangan permainan Egy Maulana Vikri dkk.
sumber : UC News